Senin, 14 Agustus 2017

Pertolongan Pertama

Apakah Definisi Pertolongan Pertama ?
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis.  Ini berarti :
  • Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.
  • Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban
Apa saja Tujuan utama Pertolongan Pertama? 
Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :
  • Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut
  • Membuat keadaan penderita tetap stabil
  • Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
  • Menghindarkan kecacatan yang lebih parah
Siapa saja Pelaku Pertolongan Pertama ?
Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:
a.   Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b.   Penolong pertama : Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c.   Tenaga Khusus/Terlatih :
      Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Apa saja Kualifikasi Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?
Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut
  • Jujur dan bertanggungjawab.
  • Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan bersosialisasi.
  • Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
  • Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.
Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?
  • Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
  • Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
  • Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
  • Meminta bantuan / rujukan
  • Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat
  • Mempersiapkan untuk ditransportasikan
Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)
Sarung Tangan Lateks
berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit
Kacamata Pelindung
berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.
Baju pelindung
berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
Masker Penolong
berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
Masker RJP
diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Helm
Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda untuk mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan. 
    Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama?
  • Penutup Luka misalnya kasa steril
  • Pembalut misalnya pembalut segitiga (mitella) dan pembalut gulung
  • Cairan Antiseptik misalnya alkohol
  • Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater
  • Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan papan spinal panjang
  • Gunting
  • Senter
  • Tandu
  • Tensimeter dan Stetoskop
  • Kapas
  • Pinset
  • Senter
  • Alat Tulis
  • Kartu penderita
Bagaimana Prinsip Dasar Pertolongan Pertama ? 
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:
  • Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
  • Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
  • Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain
Alat Bantu pada Pertolongan Pertama
1.    Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk membantu menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka juga mencegah terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung tangan, lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan tersebut disterilkan dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih lebar beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.
2.    Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka sehabis diperban. Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan pendarahan, mengurangi terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian otot yang terluka supaya menyatu kembali.
3.     Mitella (pembalut segitiga)




  • Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
  • Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
  • Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
    4.     Dasi (cravat)
  • Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
  • Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
  • Cara membalut:
        o  Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
        o  Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara  sebelum diikat arahnya
            saling menarik
        o  Kedua ujung diikatkan secukupnya
    5.     Pita (pembalut gulung)
    Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
    Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
    1.  2,5 cm : untuk jari-jari
    2.  5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
    3.  7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
    4.  10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
    5.  10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
    Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
    1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
    2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
    3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
    4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua per tiga bagian sebelumnya.
    5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.
    6.    Plester (pembalut berperekat)
  • Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan lester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.
  • Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
    Cara membalut luka terbuka dengan plester:
    1. Luka diberi antiseptik
    2. Tutup luka dengan kassa
    3. Baru letakkan pembalut plester.
     7.    Kassa Steril
  • Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
  • Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
     8.    Bidai

    Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
    1.   Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah,
         otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
    2.   Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena
         rasa nyeri yang hebat.
    3.   Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya
         infeksi tulang.

    Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.
     9.    Pembalut Lainnya
  • Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
  • Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.
  •  
    Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
    A. Asma
    Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
    Gejala
    ·    Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
    ·    Canned be heard the voice of the additional breath
    ·    Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
    ·    Irama nafas tidak teratur
    ·    Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
    ·    Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
    Penanganan
    1.    Tenangkan korban
    2.    Bawa ketempat yang luas dan sejuk
    3.    Posisikan setengah duduk
    4.    Atur nafas
    5.    Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
    B. Lemah Jantung
    Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
    Gejala
    • Nyeri di dada
    • Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
    • Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
    • Denyut nadi tak teraba / lemah
    • Gangguan nafas
    • Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
    • Kepala terasa ringan
    • Lemas
    • Kulit berubah pucat/kebiruan
    • Keringat berlebihan
    Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.

    Penanganan
    1. Tenangkan korban
    2. Istirahatkan
    3. Posisi duduk
    4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
    5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
    6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
    7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
    C. Mimisan
    Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
    Gejala
    ·   Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
    .    Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
    ·    Kadang disertai pusing
    Penanganan
    1.    Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
    2.    Tenangkan korban
    3.    Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
    4.    Diminta bernafas lewat mulut
    5.    Bersihkan hidung luar dari darah
    6.   Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
    D. Mual-Mual
    Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
    Gejala
    ·    Perut terasa nyeri/mual
    ·    Berkeringat dingin
    ·    Lemas
    Penanganan
    1.    Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
    2.    Beri minuman hangat (teh/kopi)
    3.    Jangan beri makan terlalu cepat
    E. Memar
    Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
    Gejala
    ·    Warna kebiruan/merah pada kulit
    ·    Nyeri jika di tekan
    ·    Kadang disertai bengkak
    Penanganan
    1.    Kompres dingin
    2.    Balut tekan
    3.    Tinggikan bagian luka
    F. Keseleo
    Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
    Gejala
    ·    Bengkak dan nyeri bila ditekan
    ·    Kebiruan/merah pada derah luka
    ·    Sendi terkunci
    ·    Ada perubahan bentuk pada sendi
    Penanganan
    1.    Korban diposisikan nyaman
    2.    Kompres es/dingin
    3.    Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
    4.    Tinggikan bagian tubuh yang luka
    G. Kram
    Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
    Gejala
    ·    Nyeri pada otot
    ·    Kadang disertai bengkak
    Penanganan
    1.    Istirahatkan
    2.    Posisi nyaman
    3.    Relaksasi
    4.    Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
    H. Histeria
    Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
    Gejala
    ·    Seolah-olah hilang kesadaran
    ·    Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
    ·    Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
    Penanganan
    1.    Tenangkan korban
    2.    Pisahkan dari keramaian
    3.    Letakkan di tempat yang tenang
    4.    Awasi
    I. Keracunan Makanan atau Minuman
    Gejala
    ·    Mual, muntah
    ·    Keringat dingin
    ·    Wajah pucat/kebiruan
    Penanganan
    1.    Bawa ke tempat teduh dan segar
    2.    Korban diminta muntah
    3.    Diberi norit
    4.    Istirahatkan
    5.    Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
    Evakuasi Korban
    Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
    Prinsip Evakuasi
    1.    Dilakukan jika mutlak perlu
    2.    Menggunakan teknik yang baik dan benar
    3.    Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
           semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
           bahkan kematian
    Alat Pengangkutan
    Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
    1.    Manusia
    Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.
    Bila satu orang maka penderita dapat:
      ·   Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
      ·   Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
      ·   Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,
    Bila dua orang maka penderita dapat:
    Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung.
    ·    Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
    ·    Model membawa balok
    ·    Model membawa kereta
    2.    Alat bantu
    ·    Tandu permanen
    ·    Tandu darurat
    ·    Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
    ·    Tali / webbing

    Persiapan :
    Yang perlu diperhatikan:
    1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan persendian
    2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
    3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
    4. Memilih alat
    5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak daolam posisi benar.
    Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama 
    Gigitan Binatang
    Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.
    Pertolongan Pertamanya adalah:
    ·    Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
    ·    Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
    Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan  kegiatan di alam terbuka, diantaranya:
    Gigitan Ular
    Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
    1.    Hematotoksin (keracunan dalam)
    2.    Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
    3.    Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
    Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.
    Penanganan untuk Pertolongan Pertama :




  • Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
  • Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
  • Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan

      • Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung  sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet/  toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
      • Letakkan daerah gigitan dari tubuh
      • Berikan kompres es
      • Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im  untuk menghilangkan rasa nyeri
    • Perawatan luka
      •  Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
      • Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
    • Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
    • Perbaikan sirkulasi darah
      • Kopi pahit pekat
      • Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
      • Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
    • Obat-obatan lain
      • Toksoid tetanus 1 ml
      • Antibiotic
    Gigitan Lipan
    Ciri-ciri
    1.    Ada sepasang luka bekas gigitan
    2.  Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam
    Penanganan
    1.    Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
    2.    Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
    Gigitan Lintah dan Pacet
    Ciri-ciri
    Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)
    Penanganan
    1.    Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
    2.    Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
    Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya 
    Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.
    Perhatian :
    Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping. Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.
    Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
    Patah Tulang
    Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.
    Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.
    Gejala
    • Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
    • Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
    • Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
    • Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
    • Perubahan bentuk
    • Nyeri bila ditekan dan kaku
    • Bengkak
    • Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
    • Ada memar (jika tertutup)
    • Terjadi pendarahan (jika terbuka)
    Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :
    1. Patah Tulang Tertutup
    Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.
    Langkah – langkah penanganan:
    • Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
    • Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
    2. Patah Tulang Terbuka
    Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
    Langkah – langkah penanganan:
    • Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
    • Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
    • Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
    3. Patah Tulang Belakang / Spinal
    Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.
    Langkah – langkah penanganan:
    • Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
    • Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
    • Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.
    Prosedur Pembalutan : 
    Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
    • Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
    • Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
    • Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
    • Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
    Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
    Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
    • Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
    • Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
    • Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
    • Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
    • Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
    • Kemudian berikan balutan yang menekan.
    Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
    • Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
    • Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
    • Pengikatan dengan tourniquet.
      • Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
      • Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
      • Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
      • Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
    • Elevasi bagian yang terluka
    Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
    • Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
    • Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
    • Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
    • Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
    • Tidak mudah kendor atau lepas
    Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
    Prinsip
    • Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
    • Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
    • Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
    Prosedur Pembidaian
    • Siapkan alat-alat selengkapnya
    • Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
    • Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
    • Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
    • Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
    • Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
    • Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
    • Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
    Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
    Luka
    Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan atau injury.
    Gejala
    • Terbukanya kulit
    • Pendarahan
    • Rasa nyeri
    Penanganan
    1.    Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
    2.    Tutup luka dengan kasa steril / plester
    3.    Balut tekan (jika pendarahannya besar)
    4.    Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
    1.    Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
    • Keluarkan tanpa menyinggung luka
    • Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
    • Evakuasi korban ke pusat kesehatan
    2.   Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

    Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:

    Luka Bakar
    Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
    Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :
    •  Untuk mengurangi rasa sakit
    •  Mencegah terjadinya infeksi
    •  Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban
      
    Tingkatan Luka Bakar :
    Luka Bakar Tingkat I
    Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung dengan objek panas seperti air panas atau uap panas.
    Gejala :
    -   kemerahan pada bagian yang terbakar
    -   bengkak ringan
    -   nyeri
    -   kulit tidak terkoyak karena melepuh
    Penanganan:
    1.   Siram dengan air mengalir bagian luka  yang terbakar atau kompres dengan air dingin
          Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
    2.   Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
    3.   Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
    4.   Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
    5.   Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.
    Luka Bakar Tingkat II 
    Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau substansi lain.
    Gejala:
    -   kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
    -   melepuh
    -   bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
    -   kulit terlihat lembab atau becek
    Penanganan
    1.   Siram dengan air dingin / air es bagian luka  yang terbakar atau kompres handuk kecil
          atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
    2.   Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
    3.   Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
    4.   Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
    5.   Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau
          kesulitan bernapas.
    Luka Bakar Tingkat III 
    Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik
    Gejala :
    -   daerah luka tampak berwarna putih
    -   kulit hancur
    -   sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak
    Penanganan 
    1.   Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut,
          karpet, jaket dan bahan lain.
    2.   Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,
          leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
          Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
    3.   Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di bagian
          wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
    4.   Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan lain
          yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
    5.   Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski lukanya
          tidak terlalu besar.
    Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan Pertama
    Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai berikut :
    Jangan Panik
    Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
    Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :
    a)   Penilaian keadaan
    Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi kejadian,sudah dapat dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
    1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
    2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
          • Nama Penolong
          • Nama Organisasi
          • Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
    3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
    4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
    5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
    6. Minta bantuan.
    b)   Penilaian Dini
    • Kesan umum
    Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
    jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba misalnya luka bakar, patah tulang, dll
    Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak napas, pingsan,dll
    • Periksa Respon
    Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita. Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:
    A = Awas
    Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
    S = Suara
    Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
    N = Nyeri
    Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
    T=Tidak respon
    Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
    Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
    Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.

    Pasien dengan respon

    Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.

    Pasien yang tidak respon

    Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
    Pemeriksaan Fisik
    Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:
    1. Kepala
    • Kulit Kepala dan Tengkorak
    • Telinga dan Hidung
    • Pupil Mata
    • Mulut
    2. Leher
    3. Dada
    • Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
    • Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan
    • Lakukan perabaan pada tulang
    4. Abdomen
    • Periksa rigiditas (kekerasan)
    • Periksa potensial luka dan infeksi
    • Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
    • Periksa adanya pembengkakan
    5. Punggung
    • Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
    • Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
    6. Pelvis
    7. Alat gerak atas
    8. Alat gerak bawah
    Pemeriksaan tanda vital
      1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
      2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
      3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
      4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
    Denyut Nadi Normal : 
    • Bayi : 120 - 150 x /menit
    • Anak : 80 - 150 x /menit
    • Dewasa : 60 - 90 x /menit
    Frekuensi Pernapasan Normal :
    • Bayi : 25 - 50 x /menit
    • Anak : 15 - 30 x /menit
    • Dewasa : 12 - 20 x /menit
    Riwayat Penderita
    Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
    Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
    K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
    sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
    O = Obat-obatan yang diminum.
    Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
    M = Makanan/minuman terakhir
    Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
    P = Penyakit yang diderita
    Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
    A = Alergi yang dialami.
    Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
    K = Kejadian.
    Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
    Pemeriksaan Berkala / lanjut 
    Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
    Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
    Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
    1. Keadaan respon
    2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
    3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
    4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
    5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
    6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
    7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
    8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
    Pelaporan
    Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
    Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :

        •    Umur dan jenis kelamin penderita
        •    Keluhan Utama
        •    Tingkat respon
        •    Keadaan jalan napas
        •    Pernapasan
        •    Sirkulasi
        •    Pemeriksaan Fisik yang penting
        •    KOMPAK yang penting
        •    Penatalaksanaan
    Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
    Pingsan 
    Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, kecelakaan,  lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, terkejut / kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),  anemia, dan lain-lain

    Gejala umum :
    • Perasaan limbung
    • Pandangan berkunang-kunang
    • Telinga berdenging
    • Nafas tidak teratur
    • Muka pucat
    • Biji mata melebar
    • Lemas
    • Keringat dingin
    • Menguap berlebihan
    • Tak respon (beberapa menit)
    • Denyut nadi lambat
    Penanganan
    • Baringkan korban dalam posisi terlentang
    • Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
    • Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
    • Beri udara segar
    • Periksa kemungkinan cedera lain
    • Selimuti korban
    • Korban diistirahatkan beberapa saat
    • Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
    • Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
    • Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.
    • Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa lancar kembali.
    • Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minumseperti kopi atau teh hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.
    • Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.
    • Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang yang jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala orang lain sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang membantu atau menonton korban, jangan sampai mereka kecopetan saat serius membantu korban atau asyik melihat kejadian.
    Bagaimanakah Teknik Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat
    RESUSITASI JANTUNG - PARU
    RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang tidak bernapas dan kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan untuk merangsang organ jantung dan paru – paru korban berfungsi kembali memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan tindakan ABC meliputi :
      Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas ) 
      Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :      
    • Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.
    • Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda – benda asing menggunakan jari penolong.
    • Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk membuka jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong di kening korban dan jari tangan lainnya mengangkat dagu korban yang bertujuan agar lidah korban tertarik dari pangkal tenggorokan.
      Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan ) 
      Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    • Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak
    • Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam – dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup dengan cepat  2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.
    • Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan telinga Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya (LDR)
    • Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau keduanya sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik) untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap4 detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit  (1 hembusan tiap 3 detik ) untuk bayi.
    • Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun pertanda dia bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan
      Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)
      Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    • Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada pasien. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda
    • Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong ke bawah (menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit 
    • Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu 
    • untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama 1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.
    Seperti Apakah Anatomi dan Fisiologi Manusia secara Umum
    Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
    Fisiologi (faal tubuh) adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
    Posisi Anatomis
    Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
    Bidang Anatomis
    Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:
    • Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
    • Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
    • Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
    Pembagian tubuh manusia
    Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :



  • Kepala : Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
  • Leher
  • Batang tubuh : Dada, perut, punggung, dan panggul
  • Anggota gerak atas :
     Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
  • Anggota gerak bawah :
     Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.

    Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
  • Rongga tengkorak : Berisi otak dan bagian-bagiannya
  • Rongga tulang belakang : Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”
  • Rongga dada : Berisi jantung dan paru
  • Rongga panggul : Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
  • Rongga perut (abdomen)
    Berisi berbagai berbagai organ pencernaan Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
       i.   Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
       ii.  Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
       iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
       iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).

  • Sistem dalam tubuh manusia
    Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
    1.  Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
         a. Menopang bagian tubuh
         b. Melindungi organ tubuh
         c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
         d. Memberi bentuk bangunan tubuh
    2.  Sistem Otot (muskularis)
    Memungkinkan tubuh dapat bergerak
    3.  Sistem pernapasan (respirasi)
    Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas kedalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
    4.  Sistem peredaran darah (sirkulasi)
    Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
    5.  Sistem saraf (nervus)
    Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari
    6.  Sistem pencernaan (digestif)
    Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
    7.  Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
    8.  Sistem Kemih (urinarius)
    9.   Kulit
    10. Panca Indera
    11. Sistem Reproduksi