Selasa, 04 Oktober 2016

PENILAIAN KORBAN


APA YANG HARUS KITA LAKUKAN KETIKA MENEMUKAN KORBAN?

Tindakan penilaian korban terdiri dari :

1.  Penilaian keadaan



Pada saat sampai di lokasi kejadian hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menilai keadaan sekitar. Apakah aman atau tidak bagi dirinya. Jika ragu lebih baik minta bantuan kepada orang dewasa.

Perhatikan :

  1. Bagaimana kondisi pada saat itu ?
  2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?
  3. Bagaimana mengatasinya ?

INGAT !
Amankan Diri Sendiri Terlebih Dahulu,
Keselamatan Penolong Nomor 1

Di Lokasi



Secara umum tugas seorang penolong saat tiba di lokasi adalah :

  1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang orang disekitar lokasi kejadian
  2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan
  3. Menentukan keadaan umum kejadian ( mekanisme cedera )
  4. Mengenali dan mengatasi gangguan cedera yang mengancam nyawa
  5. Stabilkan penderita dan meneruskan pemantauan
  6. Minta bantuan bila diperlukan

Dalam melakukan tugas sebagai penolong, juga diperlukan berbagai informasi untuk menunjang penilaian. Tahukah kamu, informasi dapat kita peroleh dari:
-Kejadian itu sendiri
-Penderita (bila sadar)
-Keluarga (Saksi)
-Mekanisme kejadian
-Perubahan bentuk yang nyata ( cedera yang jelas )
-Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

2.  Penilaian dini

Pada saat menghadapi penderita, kita perlu menentukan kondisi penderita secara umum. Hal-hal yang ditentukan yaitu :
a.  Kesan umum
     Langkah ini digunakan untuk menentukan apakah penderita merupakan kasus trauma atau kasus medis. Perbedaannya adalah sebagai berikut.

  • Kasus Trauma  : Kasus    yang    disebabkan    oleh    suatu    ruda-paksa Mempunyai  tanda-tanda  yang  jelas  dan  terlihat  da atau  teraba.  Misalnya  luka  terbuka,  memar,  patah tulang da lain sebagainya
  • Kasus Medis    : Kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda- paksa. Contohnya sesak napas, pingsan.
b.  Memeriksa Kesadaran
Ada empat tingkatan kesadaran penderita, yaitu :
1. Awas    = Alert
2. Suara    =  Voice
3. Nyeri    =  Pain
4. Tidak Respon    =  Un Respon 

selalu ingat ASNT = AVPU

c.  Memastikan Jalan napas terbuka dengan baik
Jika penderita tidak respon gunakan teknik angkat dagu dan tekan dahi.

d.  Untuk menilai pernapasan
Setelah jalan napas berjalan dengan baik maka penolong harus menilai pernapasan penderita dengan cara :

  • Lihat
  • Dengar
  • Rasakan
e. Menilai denyut nadi
Sebelum melakukannya, kita lihat dulu kondisi korban apakah sadar atau tidak. Jika sadar, cara yang digunakan adalah dengan meraba nadi pergelangan tangan (radial). Sedangkan bagi korban yang tidak sadar, nadi yang  diperiksa adalah di bagian leher (Carotis)

f. Hubungi Bantuan
Usahakan untuk segera minta bantuan rujukan. Kita bisa meminta bantuan kepada orang lain atau melakukannya sendiri. Misalnya dengan telepon.

3. Pemeriksaan Fisik

Tindakan ini melibatkan penglihatan, perabaan dan pendengaran.

Tanda apa saja yang perlu kita temukan saat melakukan pemeriksaan fisik ???
1.    Apakah ada Perubahan bentuk pada bagian tubuh si korban ?
2.    Apakah ada Luka terbuka (terlihat jelas) pada tubuh korban?
3.    Apakah korban merasakan Nyeri saat bagian tubuhnya kita raba atau tekan?
4.    Apakah ada Bengkak pada tubuh korban?

Agar lebih mudah mengingatnya,kita menyebut tanda-tanda tersebut dengan istilah PLNB.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut kndisi korban, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki.
1.    Kepala
2.    Leher
3.    Dada
4.    Perut
5.    Punggung
6.    Panggul
7.    Anggota gerak atas dan bawah 


PENTING !
Pada pemeriksaan anggota gerak selain PLNB juga lakukan pemeriksaan gerakan sensasi dan sirkulasi

PEMERIKSAAN DENYUT NADI

Setiap kali jantung berdenyut maka pembuluh nadi akan melebar dan berkonstraksi saat darah melaluinya . Nadi adalah gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung

Denyut nadi dapat diperiksa di bagian :
a. Leher (Pembuluh nadi leher/ Arteri karotis )
b. Lengan atas (Pembuluh nadi lengan atas/Arteri brakialis)
c. Pergelangan tangan (Pembuluh nadi pergelangan tangan/A. radialis)
d. Lipat paha (Pembuluh nadi lipat paha/ A.femoralis)

Cara memeriksa nadi:
1. Pasien berbaring atau duduk dengan tenang
2. Raba nadi yang akan diperiksa dengan telunjuk dan jari tengah
3. Tekan  sedikit  sampai  nadi  teraba  ,  lalu  mulai  menghitung  sambil melihat penunjuk detik pada jam .
4. Bila denyut nadi     teratur, nadi diperiksa selama 15 detik dan h a s i l n y a    d i k a l i k a n     4    u n t u k mendapatkan denyut nadi permenit. Bila denyut nadi tidak teratur, harus diukur selama 60 detik
5. Laporkan  juga  teratur  atau  tidak, kuat    atau    lemah    denyut    nadi penderita

Denyut Nadi
Bayi    : 120 – 150 X/menit 
Anak    : 80 – 150 X/menit 
Dewasa    : 60 – 90 X/menit

PEMERIKSAAN PERNAPASAN

Pada    penderita    sadar    jangan    sampai    penderita    mengetahui    bahwa frekwensi pernapasannya sedang dihitung. Genggam tangan penderita lalu letakkan diatas diatas dada atau perut penderita, lalu amati gerakkan naik turunnya.
Satu    pernapasan    adalah    satu    kali    menghirup    napas    dan    satu    kali mengeluarkan  napas  (satu  kali  gerakan  naik  dan  turun).  Pernapasan dihitung selama 30 detik, lalu dikalikan 2 untuk mendapatakan frekuesi pernapasan permenit.

Frekwensi Pernapasan
Bayi    : 25 – 50 X/menit Anak    : 15 – 30 X/menit Dewasa    : 12 – 20 X/menit

PEMERIKSAAN SUHU

Pada pemeriksaan suhu tubuh cukup diperoleh data suhu relatif. Apakah ada peningkatan atau penurunan suhu yang dilakukan dengan perabaan dengan menggunakan punggung tangan pada dahi atau leher.
Kelembaban kulit juga harus dinilai (berkeringat/kering)

Warna kulit juga perlu dinilai.
Pucat
   Dapat terjadi akibat gangguan peredaran darah
Kemerahan
   Tekanan  darah  tinggi,  keracunan  alcohol,  luka  bakar, demam, penyakit infeksi
Kebiruan (sianossi) 
   Kurangnya    oksigen    dalam darah.
Kekuningan
   Sering    merupakan    tanda gangguan hati
Biru kehitaman
  Tanda perdarahan bawah kulit

4. RIWAYAT PENDERITA

Untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian, mekanisme kejadian atau perjalanan suatu penyakit maka diperlukan wawancara yang dapat  dilakukan  dengan  penderita,  keluarganya  atau  saksi  mata.  Riwat penderita ini sangat penting pada kasus medis.Untuk memudahkan, dikenal akronim KOMPAK .

K =  Keluhan utama
Sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita . Gejala adalah hal-hal yang hanya  dapat  dirasakan  oleh  penderita  misalnya  nyeri,  pusing.  Tanda adalah hal-hal yang dapat diamati oleh orang lain . Saat melakukan Tanya jawab hindari jawaban YA atau TIDAK. Usahakan memberikan pertanyaan terbuka .

O =  Obat – obatan yang diminum
Tanyakan apakah penderita sedang dalam proses pengobatan. Gangguan yang dialami mungkin akibat lupa minum atau menelan obat tertentu contohnya seorang penderita kencing manis mengalami masalah kadar gula derah yang tinggi karena lupa minum obat sebelum makan.

M =  Makanan / Minuman terakhir
Hal  ini  dapat  dijadikan  dasar  terjadinya  kehilangan  kesadaran  pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalai pembedahan di RS.

P =  Penyakit yang diderita
Riwayat  penyakit  yang  sedang  diderita  atau  pernah  diderita  yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita saat ini. Contoh : asma dan jantung.

A =  Alergi yang Dialami
Perlu dicari apakah penyebab pada penderita ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu . umumnya penderita atau  keluarga  sudah  mengetahuinya  dan  sudah  memahami  mengatasi keadaan itu.

K =  Kejadian
Kejadian  yang  dialami  penderita  sebelum  kecelakaan  atau  sebelum timbulnya Waspadai Gejala dan Tandanya! penyakit yang diderita saat ini. 

INGAT!!!
Penolong tidak membuat diagnosa, tetapi dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil temuannya.

5. PEMERIKSAAN BERKALA

Usahakan  pemeriksaan  terus  dilanjutkan  secara  berkelanjutan  sebelum mendapat pertolongan medis. Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali :
-    Tingkat kesadaran
-    Nilai kembali jalan napas dan perbaii bila perlu
-    Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
-    Periksa kembali nadi penderita
-    Nilai kembali keadaan kulit : Suhu, kelembaban dan kondisinya
-    Periksa  kembali  secara  seksama  mungkin  ada  bagian  yang  belum diperiksa atau sengaja di lewati
-    Nilai kembali penatalaksanaan penderita (secara keseluruhan)
-    Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.


6. PELAPORAN

Setelah selesai menangani penderita dan penolong melakukannya dalam tugas maka semua pemeriksaan dan tindakan pertolongan harus dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.
Dalam laporan sebaiknya dicantumkan :
-    Umur dan jenis kelamin penderita
-    Keluhan utama
-    Tingkat kesadaran
-    Keadaan jalan napas
-    Pernapasan
-    Denyut nadi
-    Pemeriksaan yang penting
-    KOMPAK yang penting
-    Penatalaksanaan
-    Perkembangan lainnya yang dianggap penting

Selasa, 27 September 2016

Kegiatan-kegiatan PMR SMP/SMA Xaverius 2 Jambi


















Cara Mengusung





Lambang PMR MULA

MULA (PERISAI BERWARNA HIJAU)



HIJAU MELAMBANGKAN TUNAS BARU YANG INGIN TUMBUH DAN MASIH SEGAR DAN TERBUKA UNTUK MENDAPAT TUNTUNAN DAN BIMBINGAN 

<< UNTUK SD

Lambang PMR Madya



BIRU MELAMBANGKAN REMAJA YANG MEMILIKI KEPERCAYAAN DIRI,KEJERNIHAN DALAM BERPIKIR,DAN KEBAHAGIAAN

Arti Lambang PMR WIRA

Arti Lambang PMR

Lambang PMR Wira


1.      Segi Lima merah melambangkan Pancasila.
2. Warna dasar kuning melambangkan ‘warna dasar PMR Wira’.

3. Segi lima putih melambangkan ‘Panca Satya PMR’.

4.    Warna dasar putih melambangkan ‘Kesucian’.

5.   Tanda Palang Merah melambangkan ‘Bendera Negara Swiss’. 

Makna Lambang PMI

Arti Lambang Palang Merah Indonesia (PMI)

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.

PMI selalu mempunyai tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak memihak golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.


Untuk lebih mengenal PMI atau palang merah indonesia, mari kita mencari tahu mengenai arti dari Lambang PMI


Adapun Arti-Arti Dari Lambang PMI Di atas yaitu :
  1. Segi Lima merah melambangkan Pancasila.
  2. Warna dasar putih melambangkan ‘Kesucian".
  3. Tanda Palang Merah melambangkan "Bendera Negara Swiss".Yang merupakan negera pertama yang mendirikan Organisasi Kemanusiaan di dunia. Negara Swiss juga dikenal netral saat perang dunia berlangsung. Korban dari pihak manapun tetap ditolong.

PEMBALUTAN, PEMBIDAIAN DAN EVAKUASI

Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
TUJUAN
1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Mencegah terjadinya pembengkakan
3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran
ALAT DAN BAHAN
1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plester adalah pembalut berperekat
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril

Pengertian Beberapa jenis Pembalut antara lain:
1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan
d. Cara membalut dengan mitela :  Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali  Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan  Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya
e. Gambar cara membalut dengan mitela :  Luka pada atap tengkorak  Luka pada dada  Lengan yang cedera  Telapak kaki
2.Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
a. Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cm
b. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir
c. Cara membalut dengan dasi :  Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masing – masing ujung lancip  Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan  Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik  Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
d. Gambar cara membalut dengan dasi :  Luka pada mata  Luka pada dagu  Luka pada ketiak  Luka pada siku
3. Pita adalah pembalut gulung
a. Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser (kendor)
b. Macam – macam pembalut dan penggunaanya :  Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari  Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan  Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki  Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul  Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung
c. Cara membalut dengan pita :  Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai  Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya  Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya
d. Gambar cara membalut dengan pita :  Pada kepala  Pada lengan  Pada tumit  Pada telapak tangan
4. Plester adalah pembalut berperekat
a. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang
b. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c. Cara membalut luka dengan plester  Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan pembalut plester  Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester
5. Pembalut yang spesifik
a. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat pada badan
b. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka – luka kecil
6. Kassa steril
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut
PROSEDUR PEMBALUTAN
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
e. Tidak mudah kendor atau lepas PEMBIDAIAN PENGERTIAN Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)
TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan
MACAM – MACAM BIDAI
1. Bidai keras Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : gendongan lengan
PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera ( korban yang dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
SYARAT – SYARAT PEMBIDAIAN
1. Siapkan alat – alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur dulu pada anggota badan korban yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor 4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas
GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG TUNGKAI BAWAH GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG LENGAN ATAS EVAKUASI
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong. Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi. Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
1. Pemindahan Darurat Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin. Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam
2. Pemindahan Biasa Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani. Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)
POSISI KORBAN
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau muntah Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
PERALATAN EVAKUASI
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal

Tri Bakti PMR

Tri Bakti PMR 

Palang Merah Remaja adalah merupaka sebuah wadah pembinaan generasi muda yang nantinya dipersiapkan menjadi kader-kader/ tenaga sukarela yang memiliki keterampilan dibidang kepalang merahan dan menjadi kader Palang Merah Indonesia.


Keterampilan yang harus dimilili oleh anggota PMR meliputi keterampilan pertolongan pertama pada kecelakaan, keterampilan membuat tandu darurat,keterampilan dalam perawatan keluarga, ketrampilan dapur umum dan keterampilan dalam menghadapi bencana.


Setiap anggota PMR harus mengamalkan TRI BAKTI PMR dalam melaksanakan tugasnya dan tanpa membeda-bedakan suku, agama dan RAS.


1. Berbakti pada masyarakat

  1. Dapat menyanyikan lagu Mars PMI dan Bakti Remaja
  2. Dapat membuat bagan struktur organisasi PMR
  3. Tahu alamat PMI Cabang dan PMI Daerahnya
  4. Tahu susunan pengurus PMI Cabang
  5. Tahu kegiatan dan tanda pengenal PMR
  6. Tahu tempat puskesmas, rumah sakit, bidan, dan dokter dilingkungannya
  7. Tahu cara menghubungi tenaga kesehatan dilingkungannya
  8. Menengok teman yang sakit
  9. Membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah
  10. Tahu alamat rumah sendiri
  11. Tahu Cara menjaga kebersihan lingkungan
  12. Pernah ikut gotong royong membersihkan tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, puskesmas dan lingkungan tempat tinggalnya
  13. Melaksanakan kunjungan sosial, a.I. ke runah sakit, panti jompo, panti asuhan
  14. Pernah menyumbang tenaga/meteri kepada korban bencana
  15. Melaksanakan kegiatan bakti masyarakat, misal sosialisasi pencegahan penyakit/bencana dilingkungan sekolah dan keluarga
  16. Melaksanakn lomba lingkungan sekolah sehat




2. Mempertinggi keterampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan

  1. Dapat menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan keluarga, serta kerindangan
    lingkungan
  2. Mengenal obat-obatan ringan dan manfaatnya
  3. Dapat melakukan pertolongan pertama kepada teman sebayanya
  4. Dapat melakukan perawatan keluarga dirumah
  5. Mengikuti kegiatan kesehatan remaja
  6. Dapat melakukan kesiapsiagaan bencana untuk dirinya sendiri dan keluarga
  7. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan disekolah


3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional

  1. Menjalin persahabatan dengan anggota PMR dari PMI Cabang, atau organisasi remaja lain :
  • Saling berkunjung untuk latihan bersama
  • Saling berkirim surat atau album persahabatan
  • Berkirim hasil kerajinan daerah, informasi pariwisata

7 PRINSIP PMR

  1. KEMANUSIAAN ( Humanity )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
  1. KESAMAAN ( Impartiality )
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
  1. KENETRALAN ( Neutrality )
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.
  1. KEMANDIRIAN (Independence)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini.
  1. KESUKARELAAN ( Voluntary Service )
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
6. KESATUAN ( Unity )
Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
  1. KESEMESTAAN ( Universality )
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.